Sebanyak 12 juta penduduk Indonesia berumur di atas 35 tahun berpotensi 
terserang stroke, selain ancaman penyakit dari jenis penyakit 
non-infeksi lainnya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi 
penyebab utama kejadian stroke di Indonesia.
Menurut Kamil Kinali, Ketua Himpunan Peduli Stroke, prediksi angka 
tersebut diperoleh dari hasil penelitian Kantor Kementerian Kesehatan 
yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia. ”Perlu upaya 
komprehensif untuk mengendalikan faktor risiko stroke di tengah 
masyarakat,” kata Kamil.
 
Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan langkah- langkah 
strategis untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Salah satunya 
adalah dengan sosialisasi yang lebih gencar tentang penyebab stroke, 
pencegahannya, pengobatan, hingga penatalaksanaan pemulihan serangan 
stroke.
Stroke adalah kerusakan otak akibat sumbatan pada pembuluh darah otak 
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Menurut Salim Haris, dokter ahli 
saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagian besar stroke 
disebabkan oleh sumbatan (sekitar 85 persen) dan sisanya karena 
perdarahan (15 persen).
Kerusakan otak menyebabkan kecacatan sehingga sangat memengaruhi 
kualitas hidup penderita atau keluarganya. Selain kehilangan kemampuan 
fisik, penderita stroke juga mengalami kemunduran kognitif.
Di Indonesia, stroke merupakan penyebab utama kematian yang disebabkan 
penyakit non- infeksi. Temuan kasusnya terbilang terus meningkat dari 
tahun ke tahun. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, prevalensi jumlah 
penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000 populasi di Indonesia. Dengan 
jumlah populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta
 penderita stroke. Jumlah itu dari tahun ke tahun diperkirakan terus 
bertambah.
Seiring pertambahan usia, angka kejadian stroke terus bertambah. Setiap 
kali penambahan usia 10 tahun, dihitung dari masa usia 35 tahun, risiko 
stroke meningkat dua kali lipat. Sebanyak 5 persen orang Indonesia 
berusia di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali serangan 
stroke.
Widjaja Laksmi, dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik RSCM, 
mengatakan, jumlah penderita stroke yang lolos dari kematian semakin 
banyak berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Namun, mereka yang
 pernah terserang stroke lebih banyak meninggalkan gejala sisa yang 
berat.
Untuk menghindari serangan stroke, setiap individu hendaknya 
memperhatikan gaya hidup, selain memahami faktor risikonya 
masing-masing.